Permainan piring di tangan penari Solok, Minangkabau, adalah peragaan cara membina rumah tangga. Ingin tahu filosofinya?
Begini, menurut pemahaman penduduk Sumatra Barat, gerakan tari piring
melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Koreografi ini
meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur
mereka saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah.
Piring di tangan mereka diisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan
kepada dewa. Tetapi sejak agama Islam masuk, tari piring
mempersembahkan sesajennya kepada majelis keramaian dan raja-raja atau pembesar negeri.
mempersembahkan sesajennya kepada majelis keramaian dan raja-raja atau pembesar negeri.
Saat ini, tari piring juga dipakai sebagai bagian dalam pernikahan
tradisional karena pengantin dianggap sebagai raja sehari yang layak
mendapat penghormatan. Butuh kecakapan memegang piring dan mengatur
mimik muka yang tepat saat menarikannya.
Ketika penarinya bergerak cepat, atau disebut ayun, bersiaplah
menyaksikan atraksi lempar piring.
Piring yang mudah pecah itu akan
dilontarkan tinggi-tinggi ke udara. Dan, penari menunjukkan kebolehan
dalam mempermainkan piring di tangannya. Itulah bagian yang melambangkan
kegembiraan tatkala musim panen tiba.
Pada bagian penutup, penari akan menghempaskan piring ke tanah dan
mulai menari di atas pecahan piring. Inilah lambang kesucian dari niat
para penari. Anehnya, tidak ada kaki yang terluka akibat menari
melompat-lompat di atas beling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar