Seorang filsuf berpandangan “Hidup kita ditentukan oleh pikiran. ” Jika berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.
Sensitif atau Faktual?
Pikiran adalah anugerah Tuhan yang punya kekuatan menakjubkan. Dalamnya, samudra dan angkasa luar bisa dijelajahi karena buah dari pikiran manusia. Pikiran
dipandang sebagai faktor terpenting bagi kehidupan. Hampir semua aspek kehidupan, gerak tubuh, suasana hati, bahkan hidup kita dikontrol oleh pikiran. Demikian pula perasaan kita, Dengan informasi yang terkumpul di otak, pikiran memberi perintah kepada hati untuk menentukan suasana yang kita inginkan.Pikiran adalah anugerah Tuhan yang punya kekuatan menakjubkan. Dalamnya, samudra dan angkasa luar bisa dijelajahi karena buah dari pikiran manusia. Pikiran
Secara detil sebelum ditransfer ke hati. la cenderung lebih tenang, penuh perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya orang sensitif akan cenderung emosional, cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, tidak sabar, dan sukal mengendalikan diri. Itu dikarenakan biasanya saat merespon realita yang dihadapi, pikirannya tidak mengolah kembali fakta-fakta yang terekam otak, tapi langsung memasukannya ke hati apa adanya. la mengolah informasi dengan perasaannya.
Cara berpikir menentukan orang akan sukses atau gagal. Mereka yang sukses selalu menggunakan kekuatan berpikirnya untuk terus memperbaiki hidupnya. Jangan heran bila para motivator selalu berpesan untuk selalu berpikir positif “Saya pasti bisa!” Intinya, kita bisa berupaya mengendalikan pikiran. Jangan biarkan pikiran kita membuat perasaan jadi tidak nyaman. Pandang kenyataan secara positif agar kita bisa mengambil hikmahnya. Mencoba tersenyum, bahkan di kala berduka dapat melepaskan diri dari perasaan sedih itu dan menetralkan perasaan negatif dalam diri. Pikirkan hal-hal yang dapat mengembalikan kegembiraan kita. Dengan begitu kita akan menjadi pribadi tangguh yang tak mudah jatuh. Bukan cuma itu, pikiran positif serta kepercayaan diri kita akan menarik simpati orang Iain. Yang lebih penting, hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.
Sebelas Tipe Berpikir
Kita adalah apa yang kita pikirkan, Dalam bukunya Thinking For Chance (Warner Business Books, 2003), John C. Maxwel mengungkapkan sebelas tipe berpikir orang-orang sukses, mereka yang memiliki tipe berpikir positif. Mari kita tinjau ulang cara pandang (pemikiran) kita. Apakah sudah sesuai dengan tipe berpikir orang sukses?
Kita adalah apa yang kita pikirkan, Dalam bukunya Thinking For Chance (Warner Business Books, 2003), John C. Maxwel mengungkapkan sebelas tipe berpikir orang-orang sukses, mereka yang memiliki tipe berpikir positif. Mari kita tinjau ulang cara pandang (pemikiran) kita. Apakah sudah sesuai dengan tipe berpikir orang sukses?
- Big picture thinking, bukan small thinking. Cara berpikir yang komprehensif. Ini menjadikan kita terus belajar, banyak mendengar dan terfokus sehingga cakrawala kita menjadi luas. Misalnya dalam memahami usaha CNI, bukan sepotong-sepotong, melainkan secara menyeluruh. Sehingga kita mendapatkan gambaran yang jelas bisa meyakinkan diri kita untuk komitmen.
- Focused thinking bukan scattered thinking. Cara berpikir yang terfokus, bukan melebar/menyebar ke mana-mana, sehingga dapat menghemat waktu dan energi, juga bisa mencapai loncatan locatan besar. Misalnya, dari target yang jelas, bisa kita susun aktivitas pengembangan usaha CNI berupa jadwal bulanan, mingguan, ataupun harian.
- Creative thinking bukan restrictive thinking. Cara berpikir kreatif, bukan yang dibatas-batasi. Asal masih dalam koridor Kode Etik CNI, mitra usaha dapat mengembangkan taktik dan strategi sponsoring, selling, schooling di lapangan untuk mewujudkan goal-nya.
- Realistic thinking bukan fantasy thinking. Cara berpikir faktual, nyata. Ini memungkinkan kita meminimalkan risilko, punya target dan rencana yang matang. Dalam menghadapi tantangan, gunakan akal Pikiran kita, jangan main perasaan, sehingga kita bisa mengambil hikmahnya.
- Strategic thinking bukan random thinking. Cara berpikir dengan perencanaan dan tahapan ielas, bukan asal jalan. Tak terlalu rumit, bisa dijalankan dengan penuh antisipatif, dan bisa menghindari kesalahan, secepat mungkin, aktivitas kita terjadwal dengan baik, sehingga waktu tak terbuang percuma.
- Possibility thinking, bukan limited thinking. Cara berpikir yang penuh dengan kemungkinan lain, tidak kaku. Katakanlah, saat kita menghadapi tantangan, maka bila rencana A gagal dijalankan, kita pun telah siap menjalankan rencana alternatifnya, B, yang sama efektifnya.
- Reflective thinking, bukan impulsive thinking, Cara berpikir berdasarkan refieksi (data), bukan berdasar dorongan hati/perasaan. Hal ini memungkinkan kita bisa menilai/mengukur keberhasilan dari setiap aktivitas yang kita jalankan.
- Innovative thinking, bukan popular thinking. Mencari terobosan terobosan baru untulk meraih sesuatu yang lebih baik.
- Shared thinking, bukan solo thinking. Berbagi pemikiran dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Ide kita bisa diperkaya dari pemilkiran mitra usaha lainnya. Caranya bisa dengan diskusi, musyarawarah, tukar pendapat, sharing, Budaya silaturahmi di antara mitra usaha CNI harus terus dipelihara dan ditingkatkan.
- Unselfish thinking, bukan selfish thinking. Cara berpikir untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi. Egoisme akan menjatuhkan langkah siapa pun yang menggeluti usaha CNI.
- Bottom line thinking, bukan wishful thinking. Berfokus pada hasil sehingga dapat meraih hasil berdasarkan potensi pemikiran yang dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar